26 Aug 22

“Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat” Dalam Perspektif ASN Sebagai Pelayan Masyarakat Dan Perekat Serta Pemersatu Bangsa

Kota Kupang, BKD.NTTPROV.GO.ID - Badan Kepegawaian Daerah Provinsi NTT menyelenggarakan Pembinaan Rohani Gabungan ASN Anggota KORPRI Lingkup Pemerintah Provinsi NTT, hari Jumat, 26 Agustus 2022 secara virtual dan disiarkan secara live streaming melalui channel Youtube BKD Provinsi NTT. Tema : “Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat Dalam Perspektif ASN Sebagai Pelayan Masyarakat & Perekat Serta Pemersatu Bangsa". Hadir memberikan renungan masing-masing rohaniwan dari agama Kristen : Pdt. Yandi Manobe, S.Th, agama Islam : Drs. H. Hudayanur, agama Katolik : RM. Longginus Bone, dan agama Hindu : Anak Agung Semara Putra, S.Ag. Adapun intisari renungan yang disampaikan oleh masing-masing rohaniwan yaitu :

Renungan 1 (Sudut pandang agama Islam)
Assalamualaikum wr. Wb. Pertama dan utama sekali marilah kita panjatkan rasa Puji dan syukur yang mendalam kepada Allah SWT. Kita semua ini hamba hamba-Nya, berada dalam genggaman-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Shalawat dan salam untuk junjungan nabi besar Muhammmad SAW. Mari kita mensyukuri nikmat kemerdekan yang alllah telah anugerahkan kepada kita di HUT RI ke 77 . Semoga Kesehatan, kekuatan selalu di berikan kepada kita dalam menjalankan tugas-tugas kita sebagai Aparatur Sipil Negara. Bertepatan dibulan Agustus ini ,Dalam memperingati Hari ulang tahun kemerdekaan yang ke 77, kita diberikan tema “ Pulih lebih cepat bangkit lebih Kuat “ dalam perspektif ASN sebagai Pelayan masyarakat dan Perekat serta Pemersatu Bangsa. Thema diatas sangat sesuai dengan situasi dan kondisi kita sekarang yang baru keluar dari Pandemi Covid-19. Dua tahun lebih dunia menghadapi pandemic dan termasuk bangsa kita, tema ini mengambarkan harapan dan semangat berstanspormasi dan bertumbuh, bangkit lebih berenerjik menyonsong masa depan yang lebih baik. Melihat dari thema ini di pandang dari sudat ajaran agama islam, kita akan menemukan, paling sedikit ada tiga hal yakni : Optimis, Ikhtiar dan Tawakal. optimis adalah orang yang selalu berpengharapan dalam menghadapi segala hal. Optimis merupakan perasaan yakin terhadap sesuatu yang baik yang kelak akan terjadi yang memberi harapan positif serta menjadi pendorong untuk berusaha ke arah kemajuan atau kejayaan. Dengan sikap optimis seseorang akan bersemangat dalam menjalani kehidupan. Allah berfirman: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orangorang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang orang yang beriman”. (QS. Ali Imran (3): 139) Sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak menjadi kendor dengan situasi dan kondisi pandemic yang dihadapi, yang kita harus menjaga jarak, memamakai masker, mencuci tangan dan mengurangi mobilitas serta menjahui kerumanan. Dengan semangat bertaranspormasi kita harus menemukan cara-cara baru untuk berintegrasi, berkomunikasi dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Bagi orang senantiasa optimis, maka cara berfikirnya pasti senantiasa positif. Ia akan berfikir positif dalam segala hal. Dengan pikiran positifnya itu akan terbentuk energi positif. Energi positif inilah yang akan membakar semangat juang untuk mewujudkan harapannya. Optimis merupakan sikap yang akan mendorong seorang individu terus berusaha pantang menyerah guna mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan meskipun problematika yang dihadapi cukup berat.. Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Hai hambahambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosadosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Zumar (39):53). Alquran mengajarkan kepada kita bahwa Kesulitan itu diapit oleh dua kemudahan, maka kita yakin setiap kesusahan itu ada jalan pemecahannya selama kita punya harapan dan sungguh sunguh bekerja keras untuk menggapainya diiringi dengan doa dan bertawakal kepada Alllah SWT. ASN tidak beleh berputus asa, menjadi lemah dan bersedih dengan keadaan tapi harus bangkit lebih bersebangat bekerja untuk mewujutkan peran dan pungsinya sebagai perekat dan pemersatu bangsa sesuai dengan tupoksinya masing masing. Kita harus senantiasa menerapkan sikap tawakal dan berikhtiar semaksimal mungkin dalam prinsip hidupnya. Hal ini sesuai dengan potongan ayat berikut: مْؤ ِمنِي َن ُّ ِن ُكنتُم إ ْ ُوا َّكل َو َو َعلَى هّللاِ فَتَ Artinya: “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” – QS. Al Ma’idah: 23. Perlu dipahami bahwa tawakal yang benar ialah tawakal yang disertai dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh.. Allah SWT berfirman: َّن ِ ِس ِهْم إ ْنفُ َ ِأ َما ب ْ ِه ُروا ى يُغَي َّ ْوٍم َحت ِقَ ِه ُر َما ب هّللاَ الَ يُغَي Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” – QS. Ar Ra’du: 11. Ayat ini dengan jelas mengingatkan kita untuk selalu berupaya dengan sungguh sungguh, bekerja keras untuk mewujutkan cita cita, tidak berpangku tangan, bermalas malasan, menyerah dengan keadaan. Perubahan kearah yang lebih baik akan peroleh jika kita ingin mewujudkannya. Allah SWT menjanjikan ketenangan pada hamba-Nya yang benar-benar bertawakal dan berikhtiar. Dalam surah Ath Thalaq: 3, Allah SWT berfirman: ُهَو َح ْسبُ َو َّك ْل َعلَى َّّللاِ فَ َو َمن يَتَ َل َّّللاُ ِل ُك ِله َش ْيٍء قَ ْدرا ْمِرِه قَ ْد َجعَ َ بَاِل ُغ أ َّن َّّللاَ ِ هُ إ Artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” Selain itu, Rasulullah SAW pun bersabda: نَّ ُك َ ْو أ َط لَ ُرو ُح بِ َوتَ َّطْي ُر تَ ْغُدو ِخ َما صا ْم َكَما يُ ْر َز ُق ال تُ ُرِزقْ ُّكِل ِه لَ َو َح َّق تَ ُو َن َعلَى َّّللاِ َو َّكل ْم تَ ْم ُكْنتُ ان ا Artinya: “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya pasti Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Keluar diwaktu pagi dalam keadaan lapar kemudian pulang dalam kondisi kenyang.” – HR. Tirmidzi no. 2344. Dishahihkan Albani. Sebagai gambarannya, seorang muslim mestinya percaya bahwa pandemi covid-19 ialah ujian dari Allah SWT. Dengan demikian, maka ia harus bertawakal dan senantiasa berikhtiar agar pandemi ini segera berakhir. Caranya, yakni dengan menerapkan protokol kesehatan sebaik mungkin. Lalu , bentuk optimis yang dilakukan yakni dengan mempercayai bahwa pandemi ini akan berakhir atas kehendak Allah SWT melalui usaha yang kita lakukan. Mari kita berusaha Pulih lebih cepat bangkit lebih kuat, dari keterpurukan kita akibat pandemic covid 19, yang meluluh lantakkan sendi sendi kehidupan. Alllah SWT Akan menguji hamba hambanya yang ber iman dengan berbagai ujian dan cobaan semoga kita bisa melewatinya dengan optimis, Ikhtiar sungguh sungguh dan tawakal kepadaNya, semoga semua tercerahkah,Pulih lebih Cepat bangkit Lebih Kuat.. 

Renungan 2 (Sudut pandang agama Hindu)
Orang yang menginginkan kesejahtraan di dunia ini , dia harus meninggalkan enam sifat buruk yakni : suka tidur,malas, penakut,marah, tidak bersemangat dan suka menunda waktu untuk bekerja” ( Udyoga Parwa 33-78) Pulih itu memperbaiki, jika nama baik kita rusak kita berusaha untuk memulihkan nama baik kita, begitu juga dengan hubungan kita yang rusak,kita berusaha sekuat tenaga untuk memulihkannya dan kalau sudah pulih ada kegembiraan , kepuasaan atas hasil pemulihan itu. Begitu pula dengan Tumbuhan yang pokok/ cabangnya patah terkena angin atau rusak karena ulah manusia, maka tumbuhan iu perlu proses untuk kembali pulih dan berlu waktu untuk tumbuh tunas baru. Jika adik kakak bertengkar / berselisih paham, setelah mereka berdamai hubungan persaudaraaan serta kekerabatan mereka kembali pulih. Begitu pula Bangsa dan Negara kita yang sejak bulan maret 2020 berjuang melawan pandemic , setelah program vaksinasi 1,2, dan booster 1 dan nanti booster 2 sudah menujukkan tanda tanda akan pulihnya kehidupan social ekonomi masyarakat setelah Negara dan kita semua sebagai warga Negara berjuang penuh keprihatinan selama dua tahun lebih menghadapi pandemic. Ketika kita mematahkan ranting pohon memakan waktu tidak sampai lima menit, tapi untuk memulihkan kembali agar tumbuh tunas baru memakan waktu berhari hari dan kadang kadang tumbuhan itu mati. Seperti keika kita luka batin ketika luka itu perlahan lahan sembuh tapi bekasnya masih ada serta terasa. Setiap hari kita sebenarnya memulihkan diri kita sendiri secara terus menerus menghadapi tantangan, rintangan dan juga godaan . Hubungan manusia dengan sesame juga tidak selalu utuh dan sering terganggu dan yang menjadi biang keroknya adalah nafsu manusia serta ego. Keretakan hubungan suami-istri, satu kekiri,satu kekanan dan berujung pada perselisihan, dan nalar manusiaq mencari jalannya untuk bisa memulihkannya, naluri manusia tidak rela retak, terus berusaha untuk bangkit dan pulih yang diperkuat oleh dorongan naluri, nurani terus terganggu kalau hubungan antar sesame belum pulih. Nafsu, Nalar,Naluri dan Nurani , mengutip bapa anton Bele, dalam diri manusia berperan untuk pulihnya hubungan dengan sesame. ( Kwardan Bele) Tidak bisa disangakal bahwa tiap manusia ada hubungan yang erat dengan Tuhan Sang Pencipta dan hubungan ini terus terjaga dan tidak mungkin putus/retak, an hubungan antara Sang Pencipta dan ciptaannya bisa cepat pulih, kalau kita sadar akan kelalaian dan kecerobohan kita yang terus melawan ajaran ajaran sucinya. Sang Pencipta tentu akan terus menjaga hubungannya dengan kita walau kita kadang lupa untuk selalu berterimakasih atas segala kemurahan berkatnya.. Intinya kita berusaha agar dalam hidup ini hubungan harmonis itu terjalin antra Tuhan, sesame dan juga alam lingkungan. Seprti tesebut di dalam Rg Weda : Wasudaiwa Kutumbakam yang menyiratkan makna agar kita sesame umat manusia mesti bersinergi dalam keberagaman agama,suku,budaya dan lain sebagainya. Kita sebagai warga bangsa harus bangkit dan menjadi penggerak utama melawan segala tantangan yang muncul utamanya tantangan kebhinekaan, jika kita tidak mengelola dengan baik akan menjadi sumber perpecahan. Ditengah masa pandemic ini kita dituntut untuk selalu bergandeng tangan, saling menguatkan dan saling mendukung dalam menghadapi permasalahan bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa kita siap menghadapi segala tantangan dan kita harus adapif dengan perubahan namun tetap bijak dengan mengedepankan nilai nilai luhur agama dan moral .Sebagai aparat sipil Negara untuk memaknai semboyan pulih lebih cepat bangkit lebih kuat adalah dengan bekerja meraih prestasi tanpa disertai prilaku buruk untuk melakukan korupsi, kolusi. Dan hal ini patut diapresiasi. Untuk meraih prestasi yang baik bukanlah dengan berpangku tangan, melainkan berusaha diseratai tekad untuk berhasil. Dunia kerja apapun bentuknya termasuk ASN memeang penuh tantangan dan menuntut disiplin tinggi dan etos kerja yang baik. Dalam Bhagawadguta II.8 disebutkan : Bekerjalah seperti yang telah ditentukan, sebab dengan bekerja atau berbuat lebih baik daripada tidak bekerja atau berbuat apapun, bahkan tubuhmupun tidak akan bisa kau pelihara tanpa kegiatan kerja

Renungan 3 (Sudut pandang agama Katolik) Hidup Sebagai Orang Merdeka
Bapak Ibu saudara/i umat beriman sekalian
Kita baru saja merayakan HUT RI yang ke 77.  Sebuah ungkapan syukur yang sangat istimewa karena bangsa Indonesia merayakan hari jadinya sebagai sebuah bangsa yang bebas untuk menentukan dirinya sendiri. Perjalanan 77 tahun tentu tidaklah mudah, ada banyak  peristiwa yang terukir entah pahit, entah manis semuanya menjadi satu bagian dalam dinamika untuk menjadi bangsa yang besar. Mohammad  Hatta Proklamator Bangsa Indonesia berkata kita boleh merdeka secara fisik, tapi kita masih perlu usaha keras buat mewujudkan manusia bermental baja guna meraih cita-cita bangsa” Artinya bahwa kemerdekaan yang kita punya bukanlah sebuah kata benda, tetapi sebuah kata kerja. Ada pekerjaan besar yang menanti kita setiap saat sebagai putra/i  ibu pertiwi untuk terus berbuat bagi bangsa ini dengan apapun yang kita miliki. Cita-cita bangsa belum selesai, bangsa Indonesia masih memiliki agenda besar, masih memiliki beragam pekerjaan rumah yang harus diselessaikan, bahkan di usia yang 77 inipun  masih  banyak orang yang belum mengalami kemerdekaan baik secara materi, fisik maupun jiwa. Inilah dikatakan Bung Hatta bahwa kita masih perlu usaha keras, bermental baja untuk menghidupkan kemerdekaan.

Virus corona yang menghantam bangsa ini dalam dua tahun terakhir  memang membuat kita  berada dalam kondisi yang sulit. Beragam persoalan hadir bersamaan dengan muncunya virus ini. Dari persoalan kesehatan menghantam  beragam dimensi kehidupan, dimensi ekonomi, pendidikan, hidup beragama, dan lain sebagainya. Banyak orang yang kehilangan  orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan dan sebagainya. Pandemi corona  membuat kita hidup dalam situasi yang serba ketakutan. Namun kini kondisi kita semakin baik, lewat persatuan dan kesatuan kita bisa keluar dari masa-masa yang sulit ini . Kini kita  merayakan kemerdekaan dengan satu tema yakni pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat. Semangat kemerdekaan membuat kita mau pulih lebih cepat, mau bangkit lebih kuat untuk Indonesia, untuk NTT yang harus semakin maju. Agar pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat ini dapat menjadi satu gerakan bersama saya coba membawa kita dengan beberap renungan kristiani sebagai satu oase yang segar bagi kita menjalani hidup sebagai orang-orang  merdeka.

Injil Matius bab 22:15-21 menceritakan tentang  murid-murid yang bertanya kepada Yesus tentang apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar. Yesus menjawab dengan sangat tepat “ berikanlah kepada Allah apa yang menjadi hak Allah dan kepada Kaisar apa yang menjadi hak kaisar”. Yesus tetap mengajarkan  bahwa pemerintahan dunia ini penting untuk mengatur tata  hidup di dunia. Rasul Petrus sendiri dalam suratnya  mengatakan bahwa “ demi Allah tunduklah kepada semua lembaga dunia, baik kepada raja sebagai  pemegang kekuasaan tertinggi maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya”. Ada beberapa poin yang dapat kita renungkan  bagi ita para ASN di Provinsi ini

A.     Kita Semua adalah  civitas terena namun sekaligus calon civitas dei

Pada zaman dahulu pandangan tentang kehidupan dunia ini sangat buruk. Akibat kerinduan akan hidup kekal maka para pemikir kurang memberi pandangan positif bagi kehidupan dunia. St Agustinus misalnya mengatakan bahwa dunia tempat kita tinggal adalah civitas terena, civitas diabolis= kota dunia- kota iblis.

Namun pandangan ini kemudian berubah dari masa ke masa bahwa dunia inipun adalah ciptaan Tuhan, Tuhan memberikan kesempatan kepada kita bahkan untuk menguduskannya. Karena itu kita punya tanggung jawab agar civitas terena kota duniawi in tidak menjadi civitas diaboli  tetapi bahkan kita merasakan adanya civitas dei didalamnya. Karena itu surga tidak hanya menadi dambaan ita saat kita meninggal tetapi juga  menjadi apa yang kita  perjuangkan di dunia.

Nilai-nilai Kerajaan Surga hendaknya kita hidupi di dunia antara lain : Kedamaian, takut akan Tuhan, persaudaraan, cinta kasih, saling menghargai juga kejujuran. Saya teringat perkataan seorang dosen saya ketika masih kuliah bahwa kita tidak hanya memimpikan surga ketika kita meninggal tetapi bagaimana kita meurunkan surga ke dunia. Kita aparatur sipil negara punya tugas itu, punya tanggung jawab itu lewat program-program pemerintahan yang ada  membuat masyarakat kita merasakan surga di dunia. Itulah  kemerdekaan.

B.      Merdeka dari penjajahan diri

Merayakan kemerdekaan Indonesia  menjadi moment bagi kita untuk bertanya apakah kita juga menjadi orang merdeka. Bung Hatta mengatakan “ Perjunganku melawan penjajah lebih mudah, tidak seperti kalian nanti. Perjuangan kalian akan lebih berat karena melawan bangsa sendiri”. Kita harus jujur bahwa terkadang lebih sulit melawan keluarga kita sendiri, melawan teman kita sendiri, sahabat kita sendiri ketika  kita  ingin  berbuat yang terbaik bagi mereka, bahkan melawan diri sendiri juga. Acapkali sulit bagi kita melawan duri dalam diri kta sendiri. Keinginan  yang tidak teratur, dendam, kesombongan, egoisme,keangkuhan,  mau menang sendiri, lebih ingin didengarkan dari pada  mendengarkan. Atau pada zaman modern beragam tawaran yang terasa nyaman kadang membuat kita goyah, kadang membuat idealisme kita luntur. Sebagai ASN di Provinsi ini,inilah tugas kita,kita adalah pelayan, pelayanan kita corong birokrasi,kita adalah wajah depan provinsi ini,kita punya taggung jawab melayani sepenuh hati, kita punya tanggung jawab mempersatukan,namun kita harus leboh dahulu menang ataas penjajahan yang terjadi pad diiri kita sekalian. Prinsip kita ialah hebat di luar nyaman di dalam.

Saya teringat kata-kata Paus Fransiskus dalam homilinya di  Lampedusa  ( 8 Juli 2013) ‘Budaya kesejahteraan membbuat kita tidak berpikir tetang diri kita sendiri, membuat kita tidak peka terhadap tangisan orang lain, membuat  kita  hidup dalam gelombang sabun yang  indah tetapi itu tidak ada apa-apanya, yang sebenarnya hanyalah ilusi  yang mengarah kita tidak peduli kepada sesama, mengarahkan kita pada  globalisasi ketidakpedulian”. Kita harus bebas dari belenggu yang menjajah diri kita, menjajah relasi kita, menjajah semangat kita untuk berkarya, mungkin juga menjajah kita dalam membangun kerjasama yang baik di kantor ini. Budaya gosip- menggosip, indispliner, mental asal bapak senang, pelayanan yang setengah hati kepada masyarakat ini adalah bentuk-bentuk penjajahn baru yang kita alami. Surat Rasul Petrus mengingatkan kita “Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang meyalahkan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah” (1 Petrus2:16)

Bapak Ibu saudara/i umat beriman sekalian

77 Tahun Indonesia merdeka. 77 tahun Indonesia masih bertahan dan tetap bertahan. Merah putih terus berkibar  tidak saja di tiang bendera tetapi juga dalam  hati kita sekalian. Dalam hati inilah kita  merah putih terus berkibar, merah putih kita jaga selalu. Kita bangga melihatnya berkibar terus, kita bangga melihatnya terus hadir dalam derapan langkah bangsa ini. Kita jaga dia dari amukan radikalisme, intoleransi, indiviadualisme bahkan kita jaga dari penjajah-penjajah baru yang menghantam bangsa ini.  Kini 77 Tahun kita berlayar dengan perahu satu Nusa satu bangsa satu bahasa. Kita ingin memajukan bangsa ini, kita ingin memajukan provinsi NTT yang tercinta  dengan kerja kerja dan kerja dengan doa, doa dan doa agar surga  yang kita mimpikan hadir juga di bumi nusa tenggara ini.  Kita percaya dengaan semangat ini Indonesia, NTT akan pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat. Di akhir renungan ini saya coba membawa pantun:

“ Lomba makan kerupuk kerupuknya tidak ada rasa, cintaku tak akan pernah lapuk, cinta buat Indonesia Raya”

“ kalau ada sumur di depan, bolehlah kita menumpang mandi, selamat hari kemerdekaan bolehlah aku update status hari ini”

Renungan 4 (Sudut pandang agama Kristen Protestan)

I Korintus 10 : 13

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dank arena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicob ai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

PENGANTAR;

§  Ada hubungan antara pemulihan dan pertobatan;

§  Pertobatan dimulai dari perubahan cara berpikir, cara berpikir membentuk perilaku, perilaku membentuk kebiasaan, kebiasaan membentuk budaya, budaya membentuk karakter;

§  Jadi untuk tema ini kita membahasnya dalam konteks pergumulan.

PERGUMULAN

§  Penderitaan;

§  Harapan.

TENTANG PERGUMULAN

§  Menjadi Kristen bukan berarti bebas dari pergumulan;

§  Menjadi merdeka bukan berarti pergumulan sudah bebas;

§  Pergumulan menunjukkan bahwa kita masih tinggal dalam dunia dan manusia itu adalah terbatas;

§  Pergumulan bisa disebabkan oleh berbagai hal :

1.       Kesalahan sendiri;

2.       Kelalaian orang lain;

3.       Bencana alam;

4.       Tuhan tidak mengisinkan;

5.       Berbeda dengan kehendak Tuhan.

PRINSIP DASAR TEMA :

§  Pemahaman bahwa masalah tidak lebih besar dari kasih Tuhan kepada kita;

§  Mengikuti yang benar;

§  Tuhan yang tahu kebutuhan kita;

§  Proses;

§  Setia.

 

0 Comments

You Might Also Like This

Back to top