Mengadaptasi Perkembangan Teknologi dalam Penyusunan Simulasi

Jakarta, BKD.NTTPROV.GO.ID – Pada hari Kamis (14/12/2023), dua orang asesor dari Assessment Center Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi NTT, ya­­­­itu Wilfridus M. Kako Nono, S.S, MHRM (Wilfrid) dan Lusius Aman, S, Fil, M.Hum (Luis) menemui rekan-rekan Asesor SDM Aparatur di Pusat Penilaian Kompetensi (Puspenkom) BKN. Pertemuan tersebut dilakukan dalam rangkaian kegiatan perjalanan dinas untuk melakukan koordinasi dan sinkronisasi program kegiatan kepegawaian di Badan Kepegawaian Negara (BKN).

Karena kunjungan kami bertepatan dengan kegiatan internal Puspenkom di luar kota, kami hanya memiliki waktu singkat bertemu dengan dua orang asesor BKN yaitu, Zul Zweison Amran, ST, MA (Asesor Ahli Muda) dan Pamela Putri Vidiarsi, S.Psi, M.Sc (Asesor Ahli Madya). ­­Obrolan singkat kami siang itu soal pemanfaatan teknologi, bukan hanya untuk proses administrasi dan pengolahan hasil assessment, tetapi juga untuk simulasi – bagian inti dari pelaksanaan assessment center.

“Dalam mengembangkan simulasi In Basket untuk pemetaan para kepala sekolah kemarin, saya coba menggunakan Bing Microsoft. Dengan menginstruksikan mesin pencari melakukan pencarian sejumlah kata kunci, maka komputer bisa dengan sangat cepat dan tepat memberikan informasi yang kita butuhkan. Ini sangat membantu khususnya dalam mendapatkan informasi teknis agar simulasi bisa dibuat sedekat mungkin menyerupai kondisi riil pekerjaan”, kata Luis berbagi pengalamannya.

Wilfrid juga berbagi pandangan dan pengalamannya terkait penggunaan avatar dalam simulasi role play dan wawancara. Berdasarkan pengalamannya mencoba micro teaching menggunakan artificial intelligence, Wilfrid yakin hal ini bisa diterapkan dalam simulasi dan wawancara karena karakter pemain peran bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan.

“Tantangannnya adalah apakah biayanya yang relative mahal sebanding dengan manfaat dan dampaknya terhadap organisasi?”, ungkap Wilfrid meminta respon yang lainnya.

Zul mengungkapkan bahwa untuk saat ini, biaya teknologi masih sangat mahal. Untuk sementara memang kita masih terbatas pada penggunaan teknologi sebagai pendukung kegiatan, belum mengintegrasikannya sebagai bagian utama dalam simulasi.

“Selain masalah biaya, masalah lain adalah kemampuan teknologi untuk menginterpretasi langgam budaya daerah. Memang bisa, namun akan cukup sulit dalam konteks Indonesia dengan kompleksitas keberagaman yang cukup tinggi”, ungkap Zul mencontohkan.

Meskipun para asesor sempat mencemaskan kemungkinan artificial intelligence menggantikan peran manusia dalam penilaian, semua masih tetap optimis bahwa desainer utama simulasi adalah asesor. Perannya masih sangat dibutuhkan di tengah kecanggihan teknologi.

Penulis : Wilfrid Kako Nono (Asesor SDM Aparatur Ahli Muda)